Selasa, 02 Desember 2008

Bicara Milis

Milis, bagi saya, adalah salah satu tempat untuk berbagi : menerima dan memberi. walau terkadang lebih banyak menerimanya. Tentang apa saja yang mungkin dan yang akan segera mungkin ada: informasi. Wacana. Banyak penjelasan. Akrobat logika. Runutan penjelasan. Ide. Cerita. Dll. Semuanya saya terima dan tak lain lebih membuat saya memiliki banyak mata tentang sudut pandang bagaimana saya melihat sesuatu.

Orang bilang milis/blog jadi demokratis karena mudah (dan murahnya) ia dioperasikan. Tapi mungkinkah ada demokrasi tanpa kewajiban akan pertanggungjawaban untuk setiap apa yang diekspresikan?
Pertanyaan itu yang membuat saya berpikir dan terus belajar tentang aktivitas saya di milis. Apalagi, atas pengalaman pribadi, bagaimana orang ternyata bisa men-judge dari apa yang tertulis di dunia –seolah- nyata senyata nyatanya dunia.

Kesadaran bahwa milis akan jadi konsumsi publik tentunya punya konsekuensi. Pertama, kebebasan berekspresi di milis ini dibatasi norma-norma yang berlaku di ranah publik. Kedua, saya harus paham bahwa saya bertanggungjawab penuh terhadap setiap kata yang saya postong di milis. Dua poin penting yang saya singgung di atas, (sekarang) jadi patokan pribadi saya setiap merilis sebuah entri baru di ranah maya. Bagaimana orang membaca entri ini? Adakah makna lain yang ditangkap pembaca di luar ekspektasi saya? Mungkinkah tanpa sadar saya menabrak rambu2 etika?
Maka benar yang kata orang katakan : there are things better left unsaid, kali lain it’s not what u said, but the way you said it.

Itu yang pertama.

Yang kedua, dalam milis biasanya akan terjadi natural selection: siapa yang banyak berbicara dan berkata-kata, yang -entah karena kualitas, kuantitas, ketakbiasaan, kepentingan, atau campuran dari semua itu- kemudian akan punya banyak respon dan tanggapan. Inilah mungkin yang menjelaskan kenapa satu topik dapat bertahan lama dengan banyak tanggapan dari pada entri yang lain.

Maka, tak usahlah meminta pihak lain untuk berhenti menanggapi entri tertentu untuk mengalihkan sebuah pembicaraan. Yang harus dilakukan adalah buatlah entri dengan topik baru. Entri yang keluar rambu-rambu dan diluar kepentingan toh akan tersisih dengan sendirinya.. maka, baik yang dilakukan pihak kolonial dengan mendirikan Balai Pustaka dengan menerbitkan buku-buku pro kolonial untuk menyaingi bacaan ‘liar’ yang beredar ditengah masyarakat. Tidak dengan cara melarang, memaksa atau bahkan membakar.

Salam,
Bambang Trismawan
No Body